bg
bg
bg

Ajeng & Dalta

Minggu, 7 September 2025

bg

Undangan Pernikahan

bg

Ajeng & Dalta

Minggu, 7 September 2025

Scroll Down

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tanpa mengurangi rasa hormat, kami mengundang Anda untuk berkenan menghadiri acara pernikahan kami:

cowo

Ajeng Purnamasari, S.Si.

Putri Pertama

Bpk. Wawan Saepul Anwar

Ibu Hasanah

&

cewe

Dalta, S.Kom.

Putra Bungsu

Bpk. H. Enim

Ibu Hj. Siti Julaeha (Almh)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).

QS. Adh-Dhariyat: 49

dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan,

QS. An-Najm: 45

Kisah Cinta

1


🌱 Bab 1: Sebuah Pesan yang Mengubah Arah

8 Juni 2025 — Hari Biasa yang Tak Lagi Biasa

Dalta dan Ajeng dulunya hanyalah dua nama yang saling tahu, tanpa pernah benar-benar dekat. Teman satu angkatan, sesekali bersapa di lorong sekolah, lalu menghilang dalam jejak masing-masing. Bukan kisah cinta masa sekolah. Bukan pula sahabat masa kecil. Hanya sekilas hadir, lalu waktu memisahkan mereka. Namun hari itu, sebuah pesan datang — sederhana, tapi terasa berbeda:

“Pulangnya main dulu ke rumah, pengen ngobrol langsung.”

Dalta membaca pesan itu saat sedang rehat dari kesibukannya di madrasah — tempat yang ia anggap rumah kedua. Awalnya hanya tersenyum kecil, mungkin karena tak menyangka. Tapi entah mengapa, ada sesuatu yang menggetarkan hati. Ada rasa yang tak bisa dijelaskan, seperti sapaan takdir yang lembut menyapa.
Dengan niat baik dan hati lapang, ia pun datang. Bukan semata karena permintaan Ajeng, tapi juga karena ingin bersilaturahmi dengan kedua orang tuanya — yang kebetulan adalah guru semasa SMP-nya.
Langkah Dalta menuju rumah Ajeng mungkin tampak biasa dari luar. Tapi siapa sangka, itulah langkah kecil yang membawa mereka menuju sesuatu yang lebih besar.
Sebuah awal dari babak baru — yang bahkan belum mereka sadari.
Sore itu, pertemuan mereka tak diwarnai gombalan atau rayuan. Tak ada pengakuan cinta, hanya percakapan sederhana yang perlahan menjadi hangat. Dua orang yang pernah menjadi asing, kini dipertemukan kembali dalam bingkai yang berbeda.

Dan sejak saat itu, semesta mulai menulis kisah mereka — dengan pena yang lembut dan tinta penuh doa.

2


✉ Bab 2: Obrolan yang Tak Pernah Direncanakan

Sejak pertemuan sore itu, segalanya berubah.

Bukan perubahan yang meledak-ledak. Tapi perlahan, seperti fajar yang menyingsing dengan sabar. Percakapan mereka terus mengalir setiap hari — tanpa jeda, tanpa dipaksa. Mulai dari rutinitas sepele, makanan favorit, hingga cerita masa lalu yang dulu tak pernah sempat dibagikan. Mereka menemukan kenyamanan, bukan karena banyaknya kata, tapi karena hadirnya rasa. Rasa yang tenang, rasa yang diterima. Bukan sekadar reuni dua teman lama. Tapi dua hati yang saling menemukan kedamaian dalam kebersamaan.
Dan di tengah malam yang hening, Dalta memberanikan diri mengirimkan pesan — yang tak lagi basa-basi:

“Ajeng… kalau aku ingin datang lagi ke rumah, tapi kali ini untuk meminta izin kepada bapak dan ibu secara langsung — kamu izinkan?”
Pesan itu dikirim dengan jantung berdegup, seakan menunggu jawaban dari semesta.

Namun balasan Ajeng begitu menenangkan:

“Lampu hijau udah nyala,. Aku hanya bisa bantu do’a…”
Dalta tersenyum. Ia tahu, Ajeng tidak main-main. Jawaban itu bukan sekadar izin — itu adalah restu yang halus, dikirimkan dari hati yang tulus.

Dan di sanalah, cerita ini mulai berubah. Dari perbincangan, menjadi niat. Dari ragu, menjadi yakin.

3


🌿 Bab 3: Menyampaikan Niat, Menghadapi Restu

Jumat Sore, 13 Juni 2025

Langit sore itu tak sepenuhnya cerah, tapi hati Dalta justru terasa tenang. Ia datang ke rumah Ajeng untuk kedua kalinya. Kali ini bukan hanya untuk berkunjung, melainkan untuk menyampaikan sesuatu yang telah lama tinggal di dalam doa. Sambutan bapak Ajeng begitu ramah. Mereka berbincang ringan — tentang kehidupan, pengalaman, dan nilai-nilai. Tak lama, ibu Ajeng pulang dan bergabung. Kini, saatnya tiba. Dalta menghela napas pelan, lalu berkata:
“Pak, Bu… apakah Ibu dan Bapak mengizinkan saya untuk melangkah lebih serius dengan Ajeng?”

Sebelum hari itu, Dalta memang telah menyampaikan niat baiknya melalui pesan kepada ibu Ajeng. Bukan untuk memudahkan, tapi untuk menunjukkan adab — karena ia tahu, restu harus dijemput dengan cara yang baik.

Sejenak, suasana menjadi hening.

Lalu bapak Ajeng, dengan mata tenang dan suara mantap, berkata:

“InsyaAllah, Bapak izinkan. Dan Bapak juga kasih restu untuk kalian berdua.”
Kalimat itu mungkin pendek, tapi bagi Dalta, rasanya menyejukkan seperti embun. Ia sempat bertanya lagi — bukan karena ragu, tapi karena merasa belum pantas.

“Kalau boleh tahu, kenapa Bapak izinkan saya dan Ajeng?”
Bapak tersenyum, lalu menjawab:

“Entahlah… tapi hati Bapak merasa tenang dan lega mengizinkan. Ada rasa nyaman.”

Jawaban itu sederhana, tapi mengandung kebesaran. Karena terkadang, restu terbaik bukan datang dari logika — tapi dari ketenangan hati.

Hari itu, Dalta pulang dengan syukur yang tak bisa diukur. Ia tahu, perjalanan baru saja dimulai. Tapi kali ini, ia tak berjalan sendiri. Ia ditemani doa, restu, dan keyakinan.

4


💍 Bab 4: Khitbah yang Ditulis dengan Rasa dan Doa

6–7 Juli 2025

Tanggal 6 Juli semula direncanakan sebagai hari lamaran. Hari ketika dua keluarga akan bertemu secara resmi untuk mengikat janji. Namun takdir punya rencana yang lebih lembut — dan jauh lebih bermakna. Beberapa hari sebelumnya, bapak Ajeng harus dirawat di rumah sakit.
Rencana pun diubah, bukan dengan panik, melainkan dengan sabar. Sebab kesehatan jauh lebih penting dari seremoni.
Dan pada hari yang seharusnya penuh simbol dan prosesi, Dalta dan keluarganya justru datang membawa doa — menjenguk bapak Ajeng di rumah sakit, bukan dengan seserahan, tapi dengan ketulusan. Lalu, di ruang rawat yang sederhana, dengan aroma obat dan suara mesin medis, terjadilah sesuatu yang tak direncanakan:

Sebuah simbolis tukar cincin. Tanpa dekorasi, tanpa panggung. Tapi langit menjadi saksi, bahwa kesungguhan cinta tak selalu butuh gemerlap.

Ajaibnya, sore itu juga bapak Ajeng diizinkan pulang. Seolah semesta ikut merestui ikatan yang baru saja dimulai.

Esok harinya, tanggal 7 Juli 2025, prosesi khitbah dilangsungkan secara resmi di rumah Ajeng. Suasana hangat, penuh doa, dan senyum dari dua keluarga yang kini saling menyambut. Tak ada yang mewah, tapi semuanya terasa utuh. Tak ada yang berlebihan, tapi semuanya terasa cukup.

Hari itu, Dalta dan Ajeng tak hanya saling menerima. Mereka menemukan rumah — bukan hanya pada satu sama lain, tapi pada hati yang saling meneduhkan, pada restu yang menguatkan, dan pada langkah-langkah kecil yang mereka tapaki dengan sabar. Mereka tak butuh kisah cinta yang viral. Cukup kisah yang tumbuh dalam diam, dirawat dalam doa, dan berjalan dalam cahaya keyakinan.

Dan sejak hari itu, mereka tahu…

Ini bukan akhir kisah cinta. Ini adalah awal dari kehidupan — yang sesungguhnya.

Moment Bahagia

0

Hari

0

Jam

0

Menit

0

Detik

Dengan memohon rahmat dan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala, insyaAllah kami akan menyelenggarakan acara:

Akad Nikah

Minggu, 7 September 2025
Pukul 09.00 WIB - Selesai

Tempat

Kediaman Mempelai Wanita

Lihat Google Maps Dusun Bambu Raki II, Desa Jatiwangi, Kec. Jatisari, Kab. Karawang, Jawa Barat 41374

Ucapan & Doa

Terima kasih atas perhatian dan doa restu Anda, yang menjadi kebahagiaan serta kehormatan besar bagi kami.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ


Build withby.d

The Wedding Of

background

Ajeng & Dalta

icon
Booting application...
by d